300x600
Dimana ada kemauan, pasti ada jalan. Rupanya, pepatah klasik inilah yang berhasil diterapkan oleh pemuda inpiratif yang satu ini. Meski hanya lulusan SMA, ia ternyata berhasil menciptakan desain sebuah komponen elektronik inovatif yang jarang digeluti oleh orang biasa. Tak tanggung-tanggung, karya pria kakak beradik bernama Arfian Fuadi dan Arie Kurniawan ini sangat diminati oleh perusahaan asing ternama.
Tak hanya itu, desain komponen mesin jet miliknya bahkan sanggup mengalahkan buatan mereka yang notabebene insinyur lulusan universitas top dunia. Meski terbilang sukses, toh pemuda sederhana ini tetap terlihat bersahaja. Yang Hebat, perjuangan keras keduanya hingga sukses ternyata cukup terjal dan berliku. Seperti apa kisah hebatnya? Simak ulasan berkut.
Datang dari keluarga sederhana yang bekerja serabutan
Kehidupan ekonomi keluarga yang terbilang kekurangan, memaksa kedua kakak beradik ini bekerja serabutan demi meringankan beban keluarga. Mulai dari berjualan susu hingga menambal ban, pernah dilakoni oleh mereka. Kondisi keluarga besarnya yang jauh dari kata cukup, memaksa Arfian dan Arie untuk berusaha dengan jalan wiraswasta. Hal tersebut ditanamkan kepada benak mereka sedari kecil agar hidup mandiri.
Bakat unik meski tak memiliki latar belakang akademis yang memadai
Meski hanya lulusan SMA dan SMK, keduanya tak pernah minder untuk mencoba sesuatu hal yang baru. Karena didasari hobi, Arfian mendapatkan keahlian ini berkat pinjaman komputer dari salah seorang saudaranya. Arie pun tertarik setelah sang kakak mengenalkan desain teknik engineering kepada dirinya. Mereka berdua akhirnya berusaha mempelajari ilmu tersebut dengan seksama. Dari sinilah peluang sukses mereka mulai muncul.
Proyek desain pertama yang menjadi gerbang kesuksesan
Pada 2015, mereka berdua mulai mengerjakan proyek pertama yang merupakan pesanan perusahaan asal Jerman. Arfian dan Arie mengerjakan sebuah jarum sebagai alat ukur yang ditujukan untuk keperluan medis. Saat itu, mereka berhasil mendapatkan honor perdananya sebesar 10 Dollar AS atau sekitar Rp 90 ribu. Kesuksesan pertamanya membuat mereka semakin terarik untuk memperluas ilmu dan keahliannya.
Menang lomba desain mengalahkan insinyur luar negeri
Saat mengikuti lomba “3D Printing Challenge” yang diadakan General Electric (GE), keduanya keluar sebagai juara pertama. Desain yang dibuat berhasil menyisihkan 700 karya dari 50 negara peserta. Tak hanya itu, Arfie dan Arie juga telah mengalahkan peserta bergelar Ph.D dari Swedia yang berada di peringkat kedua dan Insinyur lulusan University of Oxford yang berada di tempat ketiga. Mereka berdua keluar sebagai pemenang setelah sukses mendesain sebuah mesin jet engine bracket yang berbobot 317 gram. 84 persen lebih ringan dari pasca proses pembuatan cetak biru atau prototipe mesin serupa saat ini yang seberat 2 kilogram.
Mendapatkan tawaran proyek bernilai ribuan dolar
Berbekal kesukesan tersebut, kedua kakak beradik ini memutuskan untuk membuat sebuah usaha yang mereka namai Dtech Engineering. Sejak saat itu, tawaran berbagai proyek senilai ribuan dollar pun mulai berdatangan pada mereka. Bahkan, keduanya pernah menolak sebuah pesanan senjata karena khawatir akan disalahgunakan di masa depan.
Terbukti, tingginya pendidikan bukanlah tolak ukur kesuksesan seseorang di masa depan. Asal ada kemauan yang kuat dan tak lelah belajar, semua mempunyai peluang untuk sukses. Sama seperti yang dilakukan oleh Arfian dan Arie.
baca sumber
Kode 300 x 250
Tak hanya itu, desain komponen mesin jet miliknya bahkan sanggup mengalahkan buatan mereka yang notabebene insinyur lulusan universitas top dunia. Meski terbilang sukses, toh pemuda sederhana ini tetap terlihat bersahaja. Yang Hebat, perjuangan keras keduanya hingga sukses ternyata cukup terjal dan berliku. Seperti apa kisah hebatnya? Simak ulasan berkut.
Datang dari keluarga sederhana yang bekerja serabutan
Kehidupan ekonomi keluarga yang terbilang kekurangan, memaksa kedua kakak beradik ini bekerja serabutan demi meringankan beban keluarga. Mulai dari berjualan susu hingga menambal ban, pernah dilakoni oleh mereka. Kondisi keluarga besarnya yang jauh dari kata cukup, memaksa Arfian dan Arie untuk berusaha dengan jalan wiraswasta. Hal tersebut ditanamkan kepada benak mereka sedari kecil agar hidup mandiri.
Bakat unik meski tak memiliki latar belakang akademis yang memadai
Proyek desain pertama yang menjadi gerbang kesuksesan
Pada 2015, mereka berdua mulai mengerjakan proyek pertama yang merupakan pesanan perusahaan asal Jerman. Arfian dan Arie mengerjakan sebuah jarum sebagai alat ukur yang ditujukan untuk keperluan medis. Saat itu, mereka berhasil mendapatkan honor perdananya sebesar 10 Dollar AS atau sekitar Rp 90 ribu. Kesuksesan pertamanya membuat mereka semakin terarik untuk memperluas ilmu dan keahliannya.
Menang lomba desain mengalahkan insinyur luar negeri
Mendapatkan tawaran proyek bernilai ribuan dolar
Berbekal kesukesan tersebut, kedua kakak beradik ini memutuskan untuk membuat sebuah usaha yang mereka namai Dtech Engineering. Sejak saat itu, tawaran berbagai proyek senilai ribuan dollar pun mulai berdatangan pada mereka. Bahkan, keduanya pernah menolak sebuah pesanan senjata karena khawatir akan disalahgunakan di masa depan.
Terbukti, tingginya pendidikan bukanlah tolak ukur kesuksesan seseorang di masa depan. Asal ada kemauan yang kuat dan tak lelah belajar, semua mempunyai peluang untuk sukses. Sama seperti yang dilakukan oleh Arfian dan Arie.
baca sumber